Minggu, 10 Juni 2012

Persaingan Bisnis Kehutanan Manfaatkan LSM

Awam Green

 
Oleh: Yayat Hidayat

INILAH.COM - Persaingan bisnis di sektor kehutanan dinilai telah tidak lagi sehat karena berupaya saling menjatuhkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Upaya sebuah perusahaan menjatuhkan pesaingnya antara lain dilakukan dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, Darori memberi contoh. Pernah ada pemberitaan yang menyebutkan produsen kertas Asia Pulp & Paper merusak hutan. Akibatnya, produk APP seperti kertas tisu ditolak.


"Ketika saya cek ke lokasi hutan yang dituduh dirusak, ternyata belum tersentuh. Ini fakta, bahwa dalam dunia perdagangan mungkin ada persaingan. Kami harapkan persaingan itu sehat," tutur Daroridalam acara Asia Pulp & Paper Sustainability Roadmap di Jakarta, Selasa (5/6/2012).

Ia juga membantah anggapan Indonesia tidak berusaha melestarikan hutan. Sebab faktanya, Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan alam terbesar di dunia. "Selama menjabat Dirjen, saya diberi kesempatan berkeliling Eropa dan baru saja pulang dari Selandia Baru. Ternyata di sana tidak ada hutan alam lagi, cuma hutan pinus dan hutan tanaman industri (HTI). Nah, apa yang dilakukan APP, kita patut bersyukur. Karena APP mengikuti ketentuan yang berlaku di Indonesia," ujar dia.

Pendapat senada disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi. Ia mengatakan, melihat sejarah kehutanan di Indonesia, kontribusi terbesar kerusakan hutan justru disumbang investor AS, Jepang, Korea, dan Taiwan. Soalnya, mereka investor pertama di bidang kehutanan Indonesia.

"Kita yang harus cuci piring akibat kerusakan hutan. Namun, kita justru yang dimaki-maki LSM-LSM asing bahwa kita merusak hutan," katanya. [tjs]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar