Awam Green
Oleh: Yayat Hidayat
INILAH.COM - Persaingan bisnis di sektor kehutanan dinilai telah tidak lagi sehat karena berupaya saling menjatuhkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Upaya sebuah perusahaan menjatuhkan pesaingnya antara lain dilakukan dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Dirjen Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, Darori memberi contoh. Pernah ada
pemberitaan yang menyebutkan produsen kertas Asia Pulp & Paper
merusak hutan. Akibatnya, produk APP seperti kertas tisu ditolak.
"Ketika
saya cek ke lokasi hutan yang dituduh dirusak, ternyata belum
tersentuh. Ini fakta, bahwa dalam dunia perdagangan mungkin ada
persaingan. Kami harapkan persaingan itu sehat," tutur Daroridalam acara
Asia Pulp & Paper Sustainability Roadmap di Jakarta, Selasa
(5/6/2012).
Ia juga membantah anggapan Indonesia tidak berusaha
melestarikan hutan. Sebab faktanya, Indonesia adalah salah satu negara
yang memiliki hutan alam terbesar di dunia. "Selama menjabat Dirjen,
saya diberi kesempatan berkeliling Eropa dan baru saja pulang dari
Selandia Baru. Ternyata di sana tidak ada hutan alam lagi, cuma hutan
pinus dan hutan tanaman industri (HTI). Nah, apa yang dilakukan APP,
kita patut bersyukur. Karena APP mengikuti ketentuan yang berlaku di
Indonesia," ujar dia.
Pendapat senada disampaikan Ketua Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi. Ia mengatakan, melihat
sejarah kehutanan di Indonesia, kontribusi terbesar kerusakan hutan
justru disumbang investor AS, Jepang, Korea, dan Taiwan. Soalnya, mereka
investor pertama di bidang kehutanan Indonesia.
"Kita yang harus
cuci piring akibat kerusakan hutan. Namun, kita justru yang dimaki-maki
LSM-LSM asing bahwa kita merusak hutan," katanya. [tjs]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar