Sebagai negara yang amat subur, tanaman apapun bisa tumbuh di negeri ini. Lahan seluas 40,6 juta hektar dengan kondisi tanah subur sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat negeri ini. Namun, yang patut dipertanyakan adalah kenapa bisa negeri yang begitu subur lahan pertaniannya justru terancam hanya gara-gara melambungnya harga bahan baku tempe? Pasti kita semua geleng kepala menyaksikan hal ajaib seperti ini terjadi di sebuah negeri dengan lahan luas dan kondisi tanah yang begitu subur. Indonesia sudah berada di ambang zona gawat darurat dalam hal pangan. Sedikit-sedikit, impor. Impor beras, jagung, garam, elektronik hingga yang teranyar heboh impor kacang kedelai. Padahal semua orang di dunia, apalagi orang Indonesia sendiri mengakui kalau tanah Indonesia subur untuk ditanami segala macam tanaman. Batang ubi tinggal lempar sesuka hati, tumbuh dengan sendirinya. Ranting kayu ditancapkan dimana saja, bertunas perlahan tanpa harus disirami. Batang tebu yang terbuang ke pinggiran lobang sampah, sungai dan peceran, lama-lama keluar tunasnya menjadi bibit baru yang tumbuh menjadi tumbuhan tebu. Sebenarnya apa yang salah? Kenapa bisa sampai kehabisan stok kacang kedelai dan repot-repot mengimpor dari negara lain?
Kamis, 09 Agustus 2012
Mempertanyakan Negeri Pertanian Krisis Pangan
Label:
Opini
Tragedi Berdarah Balaesang Tanjung : Penganiayaan dan Intimidasi Terhadap Seorang Mahasiswa UNTAD Di Rumah Anggota DPRD Donggala
Sebelum tragedi berdarah yang menewaskan Sando Alias Masdudin (50) dan 4 orang warga lainnya yang mengalami luka tembak di kecamatan Balaesang Tanjung, ternyata tekanan terhadap warga Balaesang Tanjung telah berlangsung. Ini terungkap setelah tragedi berdarah tersebut terjadi.
Seorang mahasiswa Universitas Tadulako (UNTAD) Palu Fakultas Pertanian berinisial AM, menjadi salah satu korban penganiayaan dan intimidasi oleh pihak – pihak yang menjadi kaki tangan PT. Cahaya Manunggal Abadi ( PT.CMA).
Penganiayaan dan intimidasi tersebut, dilakukan di sekitar rumah pribadi seorang anggota DPRD Donggala bernama Gosetra Mutaher. Peristiwa ini pada bulan Juni 2012, terang seorang warga Balaesang Tanjung yang tidak mau di sebutkan namanya. AM saat itu sedang mengendarai motor. Tiba-tiba AM berhenti karena handphone-nya berbunyi. Ternyata AM melihat ada SMS ( Short Message Service ) yang masuk. Saat AM sedang asyik membaca SMS, secara tiba-tiba kepala AM dipukul dari arah belakang hingga helm yang digunakan-nya pecah. AM jatuh dari atas motor dan tersungkur di jalan raya. Belum sempat terbangun, kembali AM di tendang oleh orang yang berbeda, sambil mengeluarkan kata-kata “ kau mata-mata “ (spy).
Seorang mahasiswa Universitas Tadulako (UNTAD) Palu Fakultas Pertanian berinisial AM, menjadi salah satu korban penganiayaan dan intimidasi oleh pihak – pihak yang menjadi kaki tangan PT. Cahaya Manunggal Abadi ( PT.CMA).
Penganiayaan dan intimidasi tersebut, dilakukan di sekitar rumah pribadi seorang anggota DPRD Donggala bernama Gosetra Mutaher. Peristiwa ini pada bulan Juni 2012, terang seorang warga Balaesang Tanjung yang tidak mau di sebutkan namanya. AM saat itu sedang mengendarai motor. Tiba-tiba AM berhenti karena handphone-nya berbunyi. Ternyata AM melihat ada SMS ( Short Message Service ) yang masuk. Saat AM sedang asyik membaca SMS, secara tiba-tiba kepala AM dipukul dari arah belakang hingga helm yang digunakan-nya pecah. AM jatuh dari atas motor dan tersungkur di jalan raya. Belum sempat terbangun, kembali AM di tendang oleh orang yang berbeda, sambil mengeluarkan kata-kata “ kau mata-mata “ (spy).
Label:
Berita
Langganan:
Postingan (Atom)