#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Rabu, 15 Juni 2016

Catatan Bencana Gempa Bumi di Sulawesi Tengah


Pada 1 Desember 1927 sekitar pukul 13.37, gempa berkekuatan 6.5 Skala Richter. Gempa ini berasal dari aktifitas tektonik Watusampu berpusat di Teluk Palu. Data BMKG Palu menyebutkan, akibat yang ditimbulkan dari bencana ini sebanyak 14 orang meninggal dunia serta 50 lainnya luka-luka. Gempa ini pula memicu terjadinya tsunami setinggi 15 meter di Teluk Palu. Tangga dermaga Talise (di pantai Teluk Palu) amblas ditelan ombak. 


Pada 30 Januari 1930, terjadi gempa yang menyebabkan tsunami di Pantai Barat Kabupaten  Donggala selama 2 menit setinggi lebih dari 2 meter.


Pada 20 Mei 1938, terjadi gempa berkekuatan 7.6 SR dan Intensitas VIII-IX MMI. Gempa ini mengguncang seluruh Pulau Sulawesi dan sebagian Kalimantan serta memunculkan tsunami di Teluk Tomini. Sebanyak  50 orang  tewas dan 50 orang luka-luka.

Jumat, 10 Juni 2016

Aktivis Lingkungan Panik, Hutan Gunung Lolombulan di Motoling Minsel Kian Gundul

TRIBUNMANADO.CO.ID,AMURANG - Aktivis lingkungan yang berada didaerah Motoling panik. Pasalnya pembabatan hutan lindung didaerah Gunung Lolombulan terus terjadi. Hal ini membuat kondisi hutan terancam gundul dan berpotensi menimbulkan bencana. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Komunitas Pencinta Alam Bebas (KPAB) Motoling, Vidi Wowor kepada Tribun Manado, Rabu (8/6).

"Kami mendesak pemerintah daerah lewat instansi teknis dalam hal ini Dinas Kehutanan (Dishut) Minahasa Selatan (Minsel) lebih memperketat penjagaan di gunung dan kawasan hutan lindung Lolombulan. Jika terus dibiarkan, maka dapat menyebabkan kondisi alam yang semakin rusak," kata ketua komunitas yang dikenal gencar menyuarakan kelestarian hutan ini.
Keprihatinan tidak hanya dari para komunitas namun juga dari warga setempat. "Melihat kondisi hutan yang terus dibabat menimbulkan keprihatinan bagi kami semua terutama warga setempat," ujarnya.

Menurutnya, Dishut jangan hanya terfokus pada pos-pos penjagaan di pinggir jalan, tapi pada pengawasan Polisi Hutan (Polhut) harus rutin melakukan patroli dan menjaga kawasan gunung Lolombulan.

Kamis, 09 Juni 2016

La Nina di Indonesia, Daerah Ini Bakal Alami Banjir dan Tanah Longsor



Tempo.co - Masyarakat diminta waspada terhadap potensi curah hujan tidak normal pada periode musim kemarau, yaitu Juli, Agustus, dan September 2016.  “Curah hujan tinggi banyak terjadi di beberapa wilayah sehingga berpotensi menimbulkan tanah longsor, bahkan puting beliung,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya pada Rabu, 8 Juni 2016.
Wilayah yang terkena dampak curah hujan tak normal itu adalah Sumatera Utara bagian barat, Sumatera Barat bagian barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa bagian barat, dan Kalimantan Utara. Lalu Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Sutopo berharap koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah berjalan intensif untuk mencegah dampak negatif dari banjir dan tanah longsor tersebut. 

Kronologis Pendaki Asal Swiss Hilang di Gunung Semeru



Tribunnews - Lionel Du Creaux (26), warga negara Swiss yang dilaporkan hilang saat mendaki Gunung Semeru, tercatat sebagai pendaki ilegal. ia tak mengurus izin saat menaiki gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Lionel dilaporkan hilang oleh rekannya, Alice Guignard, warga negara Prancis pada Selasa (7/6/2016) sore. Mereka bersama-sama mendaki Semeru pada Jumat (3/6/2016) pukul 07.00 WIB dari jalur pendakian Ranupani. 

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, John Kennedie, mengatakan saat di Ranupani dua orang tadi langsung ke lokasi pendakian. Mereka tidak mengurus pemberitahuan atau melapor ke pos. "Tanpa register atau tiket," kata John saat dihubungi SURYA.co.id, Kamis (9/6/2016). Lionel Du Creaux dan Alice Guignard menurut cerita yang diterima John, berpisah di daerah Watu Gede.