#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Rabu, 11 April 2012

Cerita Masyarakat Di Desa Sibowi

Sibowi adalah satu dari empat desa yang berada di kecamatan Tanambulava, kabupaten Sigi. Kurang lebih 28 km jaraknya dari kota Palu, ibu kota propinsi Sulawesi Tengah. Desa ini memiliki luas wilayah 16,71 Km², yang berbatasan dengan desa Sibalaya Utara pada bagian selatan, desa Sidondo pada bagian utara, desa Sidondo II pada bagian barat dan desa Bakubakulu kecamatan Palolo pada bagian timur yang mana sebagian wilayahnya telah ditetapkan menjadi kawasan hutan Taman Nasional Lore Lindu.




Pusat pemukiman penduduk berada sekitar 200 meter dari jalan poros Palu – Kulawi, masuk ke arah timur dan pada sisi kiri maupun sisi kanan jalan terdapat hamparan sawah yang luas. Sebelum menempati pemukiman sekarang, mulanya masih mendiami daerah kawasan hutan yang berbukit dan bergunung, arah timur pemukiman sekarang. Ini dibuktikan dengan masih adanya tanaman berupa kelapa, mangga, kopi, kemiri, cengkeh, durian dan aren.



Penduduk lokal desa, merupakan sub etnis Kaili yang berdialek ija. Sekarang, Sibowi telah didiami masyarakat dari berbagai etnis seperti Bugis, Manado, Gorontalo, Tionghoa serta sub etnis Kaili yang berdialek ado. Tercatat 3212 jiwa dari 736 kepala keluarga yang bermukim di desa ini. Walaupun komposisi penduduknya demikian, penduduk etnis Kaili ija masih merupakan penduduk mayoritas.



Umumnya, penduduk desa Sibowi bekerja sebagai petani. Tidak kurang 430 Ha lahan merupakan areal persawahan. Namun, lahan – lahan persawahan mereka telah banyak beralih pada tengkulak. Olehnya pengelolaan pertanian mulai banyak difokuskan pada lahan – lahan kering dan lahan perkebunan mereka pada masa lalu yang sekarang telah ditetapkan menjadi kawasan hutan. Sehingga antara penduduk setempat kerapkali harus bersitegang dengan pihak Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) sebagai penguasa kawasan hutan tersebut.



Bukan saja dengan pihak BBTNLL, kenyataannya lahan tersebut juga dijadikan lahan penggembalaan sapi yang juga kepemilikan-nya dikuasai oleh beberapa orang saja. Di perkirakan tidak kurang dari 400 ekor sapi dari 627 ekor sapi yang dilepas bebas berkeliaran. Hal ini kemudian pula menimbulkan konflik antara petani dan pemilik sapi, sebab banyak tanaman petani yang gagal karena dimakan oleh sapi.( LPA.AG )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar