Sibowi adalah satu
dari empat desa yang berada di kecamatan Tanambulava, kabupaten Sigi. Kurang
lebih 28 km jaraknya dari kota Palu, ibu kota propinsi Sulawesi Tengah. Desa
ini memiliki luas wilayah 16,71 Km², yang berbatasan dengan desa Sibalaya Utara
pada bagian selatan, desa Sidondo pada bagian utara, desa Sidondo II pada
bagian barat dan desa Bakubakulu kecamatan Palolo pada bagian timur yang mana sebagian
wilayahnya telah ditetapkan menjadi kawasan hutan Taman Nasional Lore Lindu.
Pusat pemukiman
penduduk berada sekitar 200 meter dari jalan poros Palu – Kulawi, masuk ke arah
timur dan pada sisi kiri maupun sisi kanan jalan terdapat hamparan sawah yang
luas. Sebelum menempati pemukiman sekarang, mulanya masih mendiami daerah
kawasan hutan yang berbukit dan bergunung, arah timur pemukiman sekarang. Ini dibuktikan
dengan masih adanya tanaman berupa kelapa, mangga, kopi, kemiri, cengkeh,
durian dan aren.
Penduduk lokal
desa, merupakan sub etnis Kaili yang berdialek ija. Sekarang, Sibowi telah didiami masyarakat dari berbagai etnis
seperti Bugis, Manado, Gorontalo, Tionghoa serta sub etnis Kaili yang berdialek
ado. Tercatat 3212 jiwa dari 736
kepala keluarga yang bermukim di desa ini. Walaupun komposisi penduduknya
demikian, penduduk etnis Kaili ija
masih merupakan penduduk mayoritas.
Umumnya,
penduduk desa Sibowi bekerja sebagai petani. Tidak kurang 430 Ha lahan merupakan
areal persawahan. Namun, lahan – lahan persawahan mereka
telah banyak beralih pada tengkulak. Olehnya
pengelolaan pertanian mulai
banyak difokuskan pada lahan – lahan kering dan lahan perkebunan
mereka pada masa lalu yang sekarang telah ditetapkan menjadi kawasan hutan.
Sehingga antara penduduk setempat kerapkali harus bersitegang dengan pihak Balai
Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) sebagai penguasa kawasan hutan
tersebut.
Bukan
saja dengan pihak BBTNLL, kenyataannya lahan tersebut juga dijadikan lahan penggembalaan sapi yang juga kepemilikan-nya dikuasai oleh
beberapa orang saja. Di perkirakan tidak kurang dari 400 ekor sapi dari 627
ekor sapi yang dilepas bebas berkeliaran. Hal ini kemudian pula menimbulkan konflik antara petani dan pemilik sapi, sebab banyak tanaman
petani yang gagal
karena dimakan oleh sapi.( LPA.AG )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar