#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Sabtu, 09 Juni 2012

18 Desa Menolak HTI

Irma Tambunan | Agus Mulyadi

Masyarakat 18 desa di Kabupaten Sarolangun dan Merangin, Provinsi Jambi, menolak rencana masuknya perusahaan hutan tanaman industri (HTI) di wilayah mereka yang merupakan hulu Sungai Batanghari.
Penolakan masyarakat tersebut dikemukakan Koordinator Poros Masyarakat Kehutanan Merangin (PMKM), Rudiansyah, kepada pers di Kota Jambi, Jumat (8/6/2012).

Kawasan yang dialokasikan pemerintah menjadi HTI untuk dikelola PT Hijau Arta Nusa, berada di dua blok yaitu Blok I seluas 11.434 hektar pada hutan produksi Sungai Aur, dan Blok II seluas 10.299 hektar pada hutan produksi Sungai Manau.



"Masyarakat menolak, karena kawasan yang dicadangkan ini sebagian besar sudah berupa kebun warga," ujarnya.

Ia melanjutkan, sungai-sungai di kawasan itu merupakan sumber irigasi teknis Sembilang yang mengairi sawah di wilayah Kecamatan Tabir.

Kawasan tersebut juga merupakan hunian Orang Rimba (Suku Anak Dalam). Sungai-sungai yang mengalir di sana merupakan sumber penghidupan masyarakat. "Apabila terjadi pembukaan lahan , rentan mengakibatkan banjir," lanjutnya.  

Menurut Rudiansyah, kawasan rencana HTI tersebut memiliki topografi sangat bergelombang, dengan tegakan hutan yang masih baik. Kemiringan areal curam di atas 40 persen, terutama pada wilayah Sarolangun.

Merujuk pada Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, kawasan ini sudah selayaknya dimasukkan menjadi kawasan lindung. " Bukannya malah dialokasikan menjadi HTI," tutur Rudiansyah.

Berdasarkan survei lapangan Tim Monitoring Harimau Sumatera, kawasan tersebut juga merupakan daerah jelajah Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae ) dan sejumlah jenis satwa kunci lainnya.

Belum lama ini, lanjutnya, konflik antara manusia dan harimau sumatra telah mengakibatkan 2 orang luka parah dan 1 orang meninggal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar