Awam Green
Radar Sulteng – Dalam waktu
tigahariberturut-turut, kota Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai dilanda banjir
musiman dan menggenangi perumahan di sejumlah tempat di wilayah kota Luwuk.
Banjir yang datang secara tiba-tiba membawa material batu, pasir, sampah dan
lumpur menutup badan jalan, sehingga mengganggu arus lalu lintas.
Beberapajalan protokol (utama) yang tertutup
dengan material batu, pasir dan lumpur yakni jalan Ahmad Yani, jalan Urip
Sumoharjo, S Parman dan sejumlah jalan utama dalam kota Luwuk yang terpaksa
ditutup sementara. Ini dilakukan, untuk menghindari adanya kecelakaan
lalulintas akibat material batu, pasir dan licinnya jalan akibat lumpur yang
dibawa oleh banjir musiman tersebut.
Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Kabupaten
Banggai Dra Hj Tri Murti Matorang, MM di lokasi banjir, Senin (11/6) kemarin,
mengaku heran dengan luapan banjir yang membawa material batu, pasir, sampah
dan lumpur yang meluap ke badan jalan. Padahal, semua selokan atau drainase
dalam kota Luwuk telah dibersihkan untuk mencegah terjadinya penyumbatan
saluran air.
“Kalau khusus untuk pembuangan air, drainase yang
telah dibangun dengan diameter lebar mustahil bisa menimbulkan luapan air
hingga membawa lumpur, material batu dan pasir di badan jalan. Bahkan, instansi
yang dipimpinnya dua hari sebelumnya telah melakukan pengerukan selokan atau
drainase di beberapa tempat, sehingga air tidak meluap saat terjadi banjir pada
musim hujan,” katanya.
Dikatakan, pihaknya akan melakukan penyelidikan
terhadap luapan banjir yang membawa material batu, pasir, kerikil dan lumpur
hingga menutup badan jalan dan memasuki rumah-rumah pendudukitu. Ia menduga
faktor kesadaran manusia atau masyarakat yang masih sangat rendah hingga selalu
membuang sampah di selokan dan sembarang tempatsehingga saluran tersumbat.
Dan buktinya adalah adanya sampah-sampah yang
berserahkan di badan jalan ketika luapan air mulai surut. Tetapi soal material
batu dan pasir yang terbawa oleh banjir masih perlu dilakukan penelitian, untuk
memastikan apakah material batu dan pasir berasal dari sungai mati yang ada di
tengah kota Luwuk atau ada material masyarakat yang hanyut saat banjir mulai
melanda kota Luwuk dan sekitarnya.
Tri Murti mengatakan, selokan atau saluran
drainase bukan sebagai tempat pembuangan sampah masyarakat. Tempat sampah telah
disediakan oleh pemerintah kabupaten Banggai di berbagai tempat yang memudahkan
masyarakat membuang sampah. Sedangkan selokan atau drainase adalah saluran
untuk pembuangan air, tidak dibolehkan untuk membuang sampah di saluran
drainase.
“Kami akan melakukan penyelidikan terhadap sampah
dan material batu dan pasir yang ikut terbawa banjir. Ini dilakukan untuk
mencari asal usul material batu, pasir, kerikil dan sampah yang
ada,” katanya.(rd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar