#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Senin, 25 Juni 2012

Tenda Petani Jahit Mulut Diserang OTK

awam green,
Kembali, tenda para petani yang melakukan aksi jahit mulut di depan Gedung DPRD Sumatera Utara diserang orang tak dikenal (OTK). Kali ini penyerangan terjadi sekitar pukul 02.20 WIB, Selasa (27/6/2012), saat para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri Kabupaten Padang lawas (Palas) sedang tertidur lelap. Para pelaku naik sebuah mobil pick up dan berboncengan enam sepeda motor.

Mereka menghancurkan tenda-tenda yang didirikan para petani dengan menggunakan kayu. Aksi ini sempat mendapat perlawanan dari para petani dan aktivis pendamping yang melempari "tamu tak diundang" tersebut dengan batu sehingga mereka mundur lalu kabur. Akibat Kejadian ini sekitar 20-an petani dan aktivis pendamping luka-luka.

Para petani itu bertahan di depan Gedung DPRD Sumatera Utara sejak Rabu (7/6/2012). Aksi ini mereka lakukan untuk menentang apa yang mereka sebut sebagai penyerobotan, perusakan lahan, dan kriminalisasi petani yang dilakukan PT SRL dan PT SSL di Desa Tobing Tinggi, Kecamatan Aek Nabara Barumun, Palas.

Muhrizal Syahputra, Koordinator Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) Sumatera Utara mengecam keras kejadian itu. Dia mendesak Kapolda Sumut segera menegakkan hukum dengan mengusut dan menangkap pelaku penyerangan tersebut.

"Saya mengindikasikan bahwa penyerangan ini dilakukan sekelompok preman dan aktor intelektual. Ini sudah dua kali terjadi. Kapolda harus segera mengambil sikap," tegas Rizal.

Sementara, Irfan Fadila Mawi dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan mengatakan, sebelumnya ada tekanan dari seorang anggota DPRD Sumatera Utara agar para petani menghentikan aksinya.

"Jika petani tidak menghentikan aksinya, dianggap tidak menghargai DPRD dan kalau para petani tetap bertahan maka tuntutan mereka tidak akan selesai. Namun petani memilih bertahan," ucapnya.

Penyerangan oleh OTK sebelumnya juga terjadi pada Jumat (22/6/2012), sekitar pukul 02.30 WIB. OTK mengancam agar peserta aksi yang bertahan dibubarkan dan jangan berada di areal gedung dewan dengan alasan malu pada para tamu yang datang.

Diperkirakan lebih dari 10 orang OTK menggunakan mobil Avanza warna perak dengan nomor polisi BB 645 B dan warna hitam yang belum terdeteksi nomor polisinya. Dalam aksinya, mereka menggunakan senjata tajam berupa kelewang sembari mengancam kepada peserta aksi.

Sementara, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ifdal Kasim, Senin (25/6/2012), mengatakan, kondisi para petani yang melakukan aksi jahit mulut sangat menyedihkan. Pihak eksekutif dan legislatif harus segera mengajak para petani berdiskusi demi mencari penyelesaian konflik."Ini keadaan yang menyedihkan. Gubernur harus terbuka nuraninya untuk menjawab masalah ini, dan merespons cepat aksi tanpa pandang bulu. Harus ada jawaban, jangan dibiarkan rakyat begini," kata Ifdal. 


Mei Leandha | Heru Margianto
www.kompas.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar