Donggala, Balaesang Tanjung,
Disinyalir terdapat dugaan pelanggaran HAM dengan adalanya laporan penembakan yang dilakukan aparat Kepolisian Resor Donggala, saat unjuk rasa menolak tambang emas di Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Rabu (18/7/2012) kemarin. Komnas HAM perwakilan Sulawesi Tengah akan menurunkan timnya untuk menyelidiki kasus penembakan warga yang diduga dilakukan oleh aparat Kepolisian Resor Donggala. Kelima warga yang tertembak itu, empat diantaranya adalah warga Desa Malei. Sementara satu orang lagi warga Desa Kamonji.
Keempat orang warga Desa Malei yakni Idin (35) terluka bagian betis kiri tembus lutut; Masnudin (50) tertembak bagian belakang tembus perut; Aksan (45) terluka tembak di bahu belakang kanan dan; Maruf (32) luka tembak di bagian pantat kanan, yang sampai saat ini masih berada di gunung. Sementara Rusli (38) terluka tembak di bagian paha kiri. Rusli adalah warga Desa Kamonji Protes warga menolak tambang karena lahan konsesi milik perusahaan itu masuk ke lahan pertanian mereka. Mereka juga berunjuk rasa karena pihak perusahaan tidak pernah mengajak warga berdialog secara terbuka untuk membicarakan masalah ini.
Tetapi dugaan penembakan warga tersebut dibantah oleh polisi. Kepala Kepolisian Sektor Balaesang, AKP Teguh Basuki membantah adanya lima orang warga yang tertembak oleh polisi hingga menyebabkan mereka terluka. “Itu informasi sesat dan provokatif yang dihembuskan warga. Situasi di sini sudah kondusif , tolong mbak disampaikan sama teman-teman wartawan itu tidak benar,” Kata Kapolsek. Polisi hanya membenarkan ada warga Kamonji yang meninggal dunia, tapi bukan karena tertembak melainkan karena sakit. Sementara itu, saat ini situasi di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala sudah kondusif pasca-demonstrasi warga menolak tambang pada Selasa (17/07/2012/) kemarin. Untuk mengantisipasi unjuk rasa yang berakhir anarkis, sebanyak 70 personel polisi disiagakan di lokasi tersebut. Keempat orang warga Desa Malei yakni Idin (35) terluka bagian betis kiri tembus lutut; Masnudin (50) tertembak bagian belakang tembus perut; Aksan (45) terluka tembak di bahu belakang kanan dan; Maruf (32) luka tembak di bagian pantat kanan, yang sampai saat ini masih berada di gunung. Sementara Rusli (38) terluka tembak di bagian paha kiri. Rusli adalah warga Desa Kamonji Protes warga menolak tambang karena lahan konsesi milik perusahaan itu masuk ke lahan pertanian mereka. Mereka juga berunjuk rasa karena pihak perusahaan tidak pernah mengajak warga berdialog secara terbuka untuk membicarakan masalah ini.
Konflik pro dan kontra rencana pengelolaan tambang bijih emas di daerah berjarak sekitar 100 kilometer arah utara Kota Palu itu sudah berlangsung sejak tahun 2009. Masyarakat menolak karena sebagian besar lokasi tambang berada di perkebunan cengkeh, kakao dan kelapa yang masih produktif. Pada Januari 2011 pengurus dewan adat di wilayah itu mengeluarkan rekomendasi persetujuan rencana pengelolaan tambang kepada PT Cahaya Manunggal Abadi yang diduga milik seorang pejabat daerah di Kabupaten Donggala. Masyarakat marah karena hanya segelintir orang yang setuju lalu kenapa dewan adat mengeluarkan persetujuan pengelolaan. Mereka yang setuju ini tidak punya lahan perkebunan di sana. Bahkan akhirnya ratusan warga dari delapan desa di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (5/7/2012) menyandera sejumlah tetua adat setempat yang menyetujui rencana beroperasinya perusahaan tambang bijih emas di Balaesang Tanjung.
Warga yang punya lahan pertanian mengganggap tidak pernah diundang untuk dialog. Sementara yang diundang hanya orang-orang yang tidak punya kebun di atas sana, dan yang menyetujui tambang adalah orang-orang yang tidak punya kebun. Perusahaan ini diberikan legitimasi oleh Bupati Donggala melalu Izin Usaha Pertambangan (IUP) nomor: 188.45/0288/DESDM/2010, seluas 5.000 hektare.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar