Hingga kini, oknum
polisi penembak Masdudin (Sando) pada tanggal 18 Juli 2012 belum terungkap.
Tragedi tersebut terjadi saat polisi dengan kekuatan 1 SST Brimob Polda
Sulteng, 1 SST Dalmas Polres Donggala, 1 SST Kerangka Polres Donggala dan 5 Unit
Pam tertutup masuk ke desa Malei kecamatan Balaesang Tanjung dengan melakukan
tindakan penembakan dan penangkapan sejumlah warga.
Atas peristiwa ini,
banyak kalangan masih meragukan independensi dan keseriusan Kapolda Sulteng
dalam melakukan pengusutan secara internal. Olehnya hanya berharap penyelidikan
tersebut dapat dilakukan secara profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai
keadilan.
Dari sejumlah kesaksian warga yang saat
itu bersama dengan Masdudin, diketahui bahwa Masdudin ditembak pada saat sedang
berlari. Demikian keterangan dari beberapa orang warga Balaesang Tanjung yang
meminta agar namanya tidak disebutkan.
Hasil investigasi sementara,
ditemukan begitu banyak jumlah selongsong peluru antara lain ; caliber 7.62x45, caliber 5.56, caliber 7.62 K
T8 dan caliber 7.62 TH. “Namun tim masih terus bekerja melakukan
identifikasi dan mencocokkan beberapa jenis peluru lainnya dengan senjata yang
digunakan polisi pada saat itu”, terang Kifli, salah seorang anggota Tim
Investigasi dari Koalisi Masyarakat Sipil Untuk Kemanusiaan dan Anti Kekerasan.
Kemudian Kifli juga menambahkan
bahwa “untuk saat ini, belum tepat untuk memaparkan semua hasil investigasi
kami, karena proses investigasi masih berjalan“. “Sekarang ini, bidang profesi
dan pengamanan (Bid Propam) Polda Sulteng juga sedang melakukan penyelidikan
terhadap anggotanya dan kami juga sedang memantau dan memonitoring proses
tersebut,“ pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar