#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Selasa, 20 November 2012

Terisolasi, Warga Sulit Distribusikan Hasil Panen

Morowali, Sulawesi Tengah
METRONEWS.com - Sejumlah desa di Morowali, Sulawesi Tengah, terisolasi. Warga pun jadi sulit mendistribusikan hasil panen berupa padi. Padahal, desa-desa tersebut menghasilkan lebih 600 ton beras setiap tahun dan siap didistribusikan.

Infrastruktur jalan dan jembatan tak memadai, satu di antaranya Desa Togo. Warga terpaksa membuat rakit untuk mengangkut hasil pertanian dan kebutuhan pokok. Mereka pun menggerakkan tali pada rakit untuk menyeberangi sungai yang lebarnya mencapai lebih 100 meter. Namun bila arus deras, tak ada warga yang berani menyeberang.


Perjuangan warga tak sampai di situ. Setelah menyeberangi sungai, warga pun harus menggunakan kendaraan rakitan menempuh jarak 10 Kilometer menuju pusat desa. Kendaraan itu berupa rakitan dari kayu dengan menggunakan mesin penggiling padi sebagai tenaga penggerak. Masyarakat setempat menyebut alat transportasi itu dengan Grandong.

Pemilik Grandong memungut biaya Rp10 ribu dari tiap penumpang. Tarif itu belum termasuk barang bawaan.


Kepala Desa Togo, Muliadi, mengakui kondisi itu. Menurutnya, cara itu merupakan satu-satunya akses keluar masuk desa. Sebab sejak puluhan tahun lalu, desa belum mendapat pembangunan jembatan, jalan, hingga aliran listrik dari pemerintah.(RRN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar