Sekitar delapan juta ton sampah plastik beredar di
lautan dunia setiap tahun, menurut riset yang dikemukakan pada pertemuan
tahunan American Association for the Advancement of Science (AAAS).
Dr Jenna Jembeck, kepala tim ilmuwan dari Universitas Georgia,
AS, berupaya mengetahui seberapa banyak sampah plastik yang beredar di lautan
dunia dengan mengumpulkan data internasional mengenai populasi, sampah yang
dihasilkan, tata kelola sampah, dan kesalahan dalam mengelola sampah.
Dari data-data tersebut, Jembeck dan rekan-rekannya
menciptakan beberapa model skenario untuk mengestimasi kemungkinan jumlah
plastik yang masuk ke laut.
Untuk tahun 2010, misalnya, jumlah sampah diperkirakan
mencapai 4,8 hingga 12,7 juta ton. Batas bawah yang ditetapkan sebesar 4,8 juta
ton itu kurang lebih sama dengan jumlah ikan tuna yang ditangkap di seluruh
dunia.
"Kita seperti mengambil ikan tuna dan
menggantikannya dengan plastik," komentar salah satu peserta studi Kara
Lavender Law dari Sea Education Assocation di Woods Hole.
Dari kisaran 4,8 juta ton hingga 12,7 juta ton, para
ilmuwan menetapkan 8 juta ton sebagai perkiraan rata-rata. Jumlah itu hanyalah
sekian persen dari total sampah plastik yang dihasilkan penduduk dunia setiap
tahun.
"Kuantitas sampah plastik yang ditemukan di laut
sama dengan sekitar lima kantong belanja berisi plastik untuk setiap meter
garis pantai di dunia," kata Jembeck kepada BBC.
Produksi sampah
Dalam kajian yang juga diterbitkan Science Magazine
tersebut, para peneliti telah membuat daftar negara-negara yang punya andil
atas sampah plastik di lautan. Sebanyak 20 negara teratas dalam daftar
bertanggung jawab atas 83% dari semua sampah yang berujung di lautan.
Cina, yang menghasilkan lebih dari satu juta ton
sampah di laut, bertengger pada posisi puncak daftar tersebut. Posisi Cina itu, menurut para peneliti, merupakan
konsekuensi dari jumlah penduduk Cina yang banyak dan sebagian besar tinggal di
sepanjang garis pantai.
Demikian juga Amerika Serikat yang masuk 20 besar
dalam daftar itu. Kendati AS memiliki pengelolaan sampah yang lebih baik,
volume sampah yang dihasilkan oleh masing-masing individu di sana luar biasa
banyak. Jumlah sampah plastik sama dengan lima kantong belanja berisi plastik untuk
setiap meter garis pantai dunia.
Solusi
Sebagai solusi, Dr Jembeck dan rekan-rekannya
mengimbau kepada negara-negara kaya agar mengurangi konsumsi barang-barang
plastik sekali pakai, seperti tas belanja.
Adapun negara-negara berkembang harus meningkatkan
praktik pengelolaan limbah mereka.
Hal ini terbukti dari daftar yang termasuk beberapa
negara-negara yang sedang berkembang pesat dan memiliki pendapatan menegah yang
sedang mengalami kesulitan akut.
“Saat ini pertumbuhan ekonomi memang positif, namun
yang sering Anda lihat di negara-negara berkembang adalah infrastruktur
pengelolaan sampah dikesampingkan. Dan memang demikian karena mereka lebih
peduli pada mendapatkan air minum bersih dan meningkatkan sanitasi.
"Namun dari perspektif limbah, saya tidak ingin
mereka melupakan masalah pengelolaan ini karena bila dilupakan hanya akan
bertambah buruk,” kata Dr Jembeck.
Studi ini menunjukkan bahwa bila sampah plastik
dibiarkan, 17,5 juta ton plastik per tahun dapat memasuki lautan pada 2025.
Bila jumlah sampah plastik diakumulasikan dari tahun ini sampai 2025 , sedikitnya
155 juta ton plastik akan beredar di lautan.
Salah satu peneliti lain, Roland Geyer dari University
of California di Santa Barbara, mengatakan membersihkan lautan dari sampah
plastik sangatlah tidak mungkin.
“Menghentikan membuang sampah ke laut dari awal
merupakan satu-satunya solusi. Bagaimana mungkin Anda membersihkan plastik di
dasar laut yang rata-rata kedalamannya mencapai 4.200 meter?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar