Pernyataan Bupati Donggala, Habir Ponulele di aula Kantor Bupati Donggala beberapa hari lalu, merupakan sebuah pernyataan yang tidak sensitif konflik dan berpotensi memperpanjang konflik di Balaesang Tanjung. Hal ini sangat mengherankan, jika pemerintahan di kabupaten Donggala seakan tak peduli dan melupakan bahwa akibat dari rencana aktivitas pertambangan tersebut telah menewaskan dan melukai beberapa orang warga di Balaesang Tanjung. Bahkan sebagian lainnya lari mengungsi kebeberapa tempat, karena dikejar-kejar aparat kepolisian.
Keinginan kuat Bupati Donggala, Habir Ponulele agar PT.Cahaya Manunggal Abadi (CMA) tetap melaksanakan aktivitasnya di kecamatan Balaesang Tanjung, semakin memperjelas bahwa lemahnya proses monitoring pemerintah kabupaten Donggala terhadap aktivitas PT.CMA di kecamatan Balaesang Tanjung. Selain itu pernyataan demikian adalah bentuk penistaan terhadap keberadaan masyarakat adat Balaesang sebagai sebuah entitas. Olehnya patut diduga telah terjadi praktek suap dalam proses memuluskan langkah PT.CMA untuk tetap melanjutkan ekplorasi.
Keinginan kuat Bupati Donggala, Habir Ponulele agar PT.Cahaya Manunggal Abadi (CMA) tetap melaksanakan aktivitasnya di kecamatan Balaesang Tanjung, semakin memperjelas bahwa lemahnya proses monitoring pemerintah kabupaten Donggala terhadap aktivitas PT.CMA di kecamatan Balaesang Tanjung. Selain itu pernyataan demikian adalah bentuk penistaan terhadap keberadaan masyarakat adat Balaesang sebagai sebuah entitas. Olehnya patut diduga telah terjadi praktek suap dalam proses memuluskan langkah PT.CMA untuk tetap melanjutkan ekplorasi.