#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Selasa, 23 Maret 2010

Banjir Landa Sembilan Desa ” Transportasi Darat Terputus, Sekolah Diliburkan “


Sumber : http://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Utama&id=64042
Senin, 22 Maret 2010

MOROWALI– Sembilan desa di Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali, yakni Desa Trans Togo Mulya, Togo, Moleono, Sampalowo, Onepute, Koromatantu, Mandowe, Bunta dan Tompira kembali terendam banjir, karena meluapnya air Sungai Laa beberapa hari terakhir.


Banjir ini ikut menyebabkan ratusan sawah mengalami gagal panen. Dari sembilan desa yang direndam banjir, empat desa di antaranya cukup parah, yaitu Desa Trans Togo Mulya, Togo, Onepute dan Sampalowo. Akses transportasi darat menuju empat desa ini terputus. Saat ini, warga yang hendak menyelamatkan barangnya hanya menggunakan perahu katinting dan sampan. Khusus di Togo Mulya, puluhan murid sekolah dasar terpaksa diliburkan.


Sekretaris Kecamatan Petasia, Dariyos Kaope, S.Sos yang dikonfirmasi Radar Sulteng di posko bencana di Desa Bunta, Minggu (21/3) membenarkan peristiwa itu. Dariyos panggilan akrabnya mengatakan, ketinggian air sampai saat ini (kemarin,red) diperkirakan mencapai 50–100 cm, atau kurang lebih setinggi dada orang dewasa. Kata dia, belum ada warga desa yang mengungsi ke desa sekitar. Warga masih memilih bertahan di rumahnya masing-masing, meskipun ada sebagian yang mencari perlindungan lebih aman dengan menginap di rumah tetangga, yang posisi rumahnya berada di dataran tinggi,” kata Dariyos.


Dariyos mengemukakan, penyebab utama meluapnya Sungai Laa karena banjir kiriman dari hulu sungai yang terletak, di wilayah Kecamatan Mori Atas, Mori Utara dan Pamona Timur. Selain itu, memang kondisi curah hujan selama dua pekan terakhir di Petasia cukup tinggi,” jelasnya.



Dariyos mengatakan, sebagai langkah antisipasi awal, sembari menunggu bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Morowali, pihak kecamatan telah membentuk posko penanggulangan bencana yang difokuskan di tiga desa, yaitu Desa Tiu, Bunta dan Mandowe.
Selain itu kata dia, seluruh bidan desa yang ada di wilayah banjir dilibatkan langsung untuk menangani masalah kesehatan. “Seluruh persiapan obat-obatan dari puskesmas Petasia telah didistribusikan ke bidan desa, untuk selanjutnya dipergunakan, jika sewaktu-waktu ada warga korban banjir yang mengalami sakit,” tutur Dariyos.


Dariyos mengharapkan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Morowali secepatnya menyalurkan bantuannya. “Hingga saat ini, dinas terkait belum menyalurkan bantuan. Padahal warga korban banjir, sangat membutuhkan bahan makanan dan pakaian layak pakai. Termasuk tambahan obat-obatan,” harapnya. 


“Pihak kecamatan juga sudah mengirimkan surat kepada beberapa perusahaan swasta yang berinvestasi di Kecamatan Petasia, untuk bisa memberikan bantuan kepada warga korban banjir. Selain bantuan Pemkab Morowali, kami juga berharap Dinsos Provinsi Sulteng bisa menyalurkan bantuannya,” tukas Dariyos. 


Staf Dinsosnakertrans Morowali Nasra yang ditemui Radar Sulteng, di lokasi banjir di Desa Bunta mengatakan, hari ini juga (kemarin,red) pihaknya telah mengurus bantuan bahan makanan berupa 10 ton beras dari Bungku ibukota Kabupaten Morowali, untuk kemudian disalurkan kepada warga korban banjir. “Saat ini, kita tinggal menunggu kendaraan yang mengangkut beras itu tiba di sini. Jika sudah sampai, hari ini juga (kemarin,red) bantuan itu kita distribusikan,” jelasnya. (cr2) 




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar