#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Selasa, 29 Mei 2012

Alihfungsi Lahan Terus Terjadi di Sulteng


PALU - Alihfungsi lahan pertanian di Sulawesi Tengah setiap tahunnya terus terjadi sehingga bisa mengancam ketahanan pangan di daerah itu bila tidak ada upaya-upaya untuk mengeliminasinya.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Sulteng Muchlis Labanu di Palu, Selasa (29/5), membenarkan adanya alihfungsi areal pertanian di semua kabupaten dan kota di provinsi ini.


Ia mengaku belum punya data rinci mengenai alihfungsi tersebut tetapi mengatakan cukup besar dan setiap tahun terjadi pengurangan lahan pertanian akibat kebutuhan tanah di sektor lainya yang juga terus meningkat.


Seperti di Kabupaten Morowali banyak lahan pertanian yang kini sudah menjadi kebun kelapa sawit dan karet. Juga sejumlah daerah lain di Sulteng termasuk di Kabupaten Parigi Moutong yang selama ini dikenal sebagai sentra terbesar produksi padi.


Di sana, katanya, banyak lahan sawah yang menjadi kebun kakao, perumahan dan perkantoran.


Alihfungsi lahan pertanian juga terjadi di wilayah Kota Palu.


Ia mencontohkan lahan pertanian di Kelurahan Poboya, Kecamatan Palu Timur yang semula menjadi areal pengembangan komoditi hortikultura seperti bawang, cabe dan jagung dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi lokasi tambang emas tradisional.


"Pokoknya semua daerah di Sulteng setiap tahun terjadi degradasi lahan," katanya.


Menurut dia, seharusnya, pemerintah mengambil langkah-langkah antisipasi misalkan dengan segera mengganti lahan pertanian yang telah berubah menjadi lokasi pemukiman, perkatoran dan pembangunan fasilitas lain dengan lahan yang baru.


Kalau terjadi alihfungsi lahan sawah menjadi tempat permukiman penduduk atau perkantoran seluas dua hektare, maka paling tidak harus ada lahan sawah baru sebagai pengganti seluas itu.


"Terus terang saya merasa khawatir kalau sampai alihfungsi terus berlangsung, bukan mustahil Sulteng yang tadinya daerah swasembada beras akan menjadi daerah defisif beras," katanya.


Alihfungsi lahan pertanian di Sulteng perlu mendapat perhatian serius pemerintah, sebab jika tidak, ketersediaan pangan Sulteng, terutama beras terancam.


Dinas Pertanian Sulteng pada musim panen 2012 ini mentargetkan pencapaian produksi padi sebanyak 1,116 juta ton atau meningkat dibandingkan sebelumnya.

(Ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar