#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Senin, 25 Juni 2012

Captikus: Antara Kriminal dan Bisnis

awam green
Manado - Captikus. Dikenal cukup luas di masyarakat. Minuman beralkohol khas masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara. Minuman ini sering dikorelasikan  dengan tindak kriminalitas, tetapi di sisi lain ternyata memiliki peluang ekonomi bagi masyarakat.

Menurut theminahasa.net; captikus adalah ramuan dengan kandungan rata-rata alkohol 40 persen  yang diperoleh melalui pengolahan saguer (tuak lokal) ; cairan bening yang diekstrak dari pohon enau (arenga pinnata), dalam bahasa Minahasa disebut pohon seho lalu disuling.
Kabupaten Minahasa Selatan sebagai daerah sentra captikus bisa memproduksi sekitar 1.200 juta liter per tahun.  Sementara itu pohon seho sebagai penghasil bahan baku minuman beralkohol itu mencapai areal sekitar 2.149,30 hektare.

Polda Sulut pada akhir Mei (29/5) di Manado mengangkat captikus sebagai topik utama dalam suatu seminar interaktif berthema "Optimalisasi Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Captikus Guna Menekan Gangguan Kamtibmas di Sulut".

Seminar itu dihadiri Gubernur Sulut SH Sarundajang, Kapolda Sulut Brigjen Pol. Decky Atotoy, para pemuka agama, tokoh masyarakat, petani captikus, pengusaha, kalangan lembaga swadaya masyarakat dan pejabat instansi pemerintah terkait di daerah itu.

Menurut Kapolda Sulut Brigjen Pol Decky Atotoy,  captikus berpengaruh pada kenaikan angka kecelakaan lalu lintas dan kriminalitas di daerah tersebut. Sesuai data tindak kriminalitas selama 2011 di Sulut tercatat 12.576 kasus atau naik sekitar tiga persen dibandingkan  2010 sekitar 12.187 kasus (kompas.com).

Guna menekan angka kriminalitas itu,  belum lama ini (30/5)  di halaman Mapolda Sulut dimusnakan 47 ribu botol minuman keras berbagai jenis dan merek termasuk puluhan jerigen berisikan captikus hasil operasi pekat selama April 2012.

Kapolda Sulut mengharapkan adanya pemusnahan minuman keras itu dapat menekan angka kriminalitas di ¿bumi nyiur melambai¿ ini  yang kian marak terjadi dan dapat membuat efek jera bagi para peminum dan penjual minuman beralkohol.

Sementara itu, Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)  Provinsi Sulut,  John Dumais  meminta agar captikus tidak dijadikan kambing hitam kenaikan angka kejahatan dan kriminalitas di daerah itu.

12.000 KK hidup dari captikus

Sesuai data pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, kata Dumais, tercatat sekitar 12.000 keluarga mengandalkan kehidupan dari produksi dan penjualan captikus.

"Saya juga anak petani captikus, tetapi bukan pemabuk," katanya.

Gubernur Sulut SH Sarundajang mengatakan, cara represif seperti memberangus atau menghentikan produksi minuman keras captikus oleh petani belum bisa memecahkan masalah itu secara komprehensif.

Polda Sulut bisa melakukan operasi besar-besaran menjaring pemabuk sangat mudah,  pasti akan banyak terjaring, kata Gubernur ketika membuka seminar tersebut.

Gubernur mengatakan, kita tidak mungkin menebang semua pohon enau yang ada di Sulut karena itu adalah anugerah Tuhan, juga dapat bermanfaat untuk hal-hal lain.

Selain itu, dari aspek ekonomi banyak petani dan pengolah captikus menggantungkan hidupnya bahkan mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang tertinggi dari usaha pengolahan nira enau dan produk turunannya seperti gula aren dan captikus.

Gubernur tidak sepakat kalau dikatakan kebiasaan minum captikus sudah membudaya di Minahasa Raya. Memang ada kelompok masyarakat atau perorangan yang terbiasa minum captikus tetapi untuk alasan-alasan yang dapat diterima seperti kelompok masyarakat nelayan yang hendak melaut.

Menurut Gubernur, biasanya untuk menghangatkan badan dan melawan udara dingin di laut mereka minum captikus dulu sebelum melaut.  Dari aspek kesehatan memang captikus apabila dikonsumsi terlalu sering dan secara berlebihan akan mengakibatkan kerusakan liver dan ginjal.

Dari aspek Kamtibmas memang captikus perlu mendapatkan perhatian karena dari laporan kepolisian, peristiwa kriminal dan kecelakaan lalulintas sebahagian besar disebabkan karena pengaruh minuman keras terutama captikus.

Gubernur meminta agar bahaya minuman keras sejak dini sudah harus diajarkan kepada para murid sekolah. Peran tokoh agama melalui mimbar-mimbar gereja, masjid, pura, klenteng dan tempat beribadah lainnya harus terus digelorakan.  Semua ini ditujukan untuk masa depan "Generasi Emas"  Sulut  yang lebih baik.

Kegiatan pertanian alkohol captikus di daerah selalu tidak mendapat perlakuan baik. Hasil produksinya yang akan dijual selalu diuber-uber pihak kepolisian," kata anggota DPRD Sulut, Felly Runtuwene kepada kompas.com.

Polisi beralasan, produk usaha petani aren itu langsung berhubungan dengan minuman keras dan tindak pidana. Padahal, usaha memproduksi alkohol captikus sudah lama membudaya di tengah masyarakat untuk mendongkrak kondisi ekonominya.

"Pemerintah daerah harus segera mencari solusi untuk memperbaiki usaha petani alkohol yang mencapai puluhan ribu orang. Sebab, itu kegiatan yang sudah lama atau turun-temurun," katanya.

Salah satu solusi yang diusulkan yakni pemerintah daerah segera menyiapkan program pelatihan dan tekonologi agar sumber alkohol cap tikus bisa dialihkan menjadi alkohol teknis untuk medis, energi, dan sebagainya.

Kabupaten Minahasa Selatan sebenarnya pernah dikunjungi Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk membantu pengembangan alkohol teknis menjadi sumber bahan bakar energi nabati. Sayang, hal itu tidak ada tindak lanjutnya, ujarnya.

Peneliti dari Univeversitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Hanny Sangian mengatakan, jika etanol nira (enau) menggantikan seluruh BBM kendaraan bermotor,  maka setiap satu pohon enau unggul bisa menghasilkan air nira 20-30 liter per hari. Dalam 20 liter nira terkandung satu liter etanol murni.

Konsumsi BBM sebanyak 200 juta liter per hari, setara dengan 200 juta pohon enau, sehingga diperlukan dua juta hektar lahan enau untuk dikelola secara baik, sementara Provinsi Sulut memiliki potensi tanaman tersebut melalui budidaya secara tersistematis, katanya.

Sementara itu,  Public Relation Aston Manado Hotel (AMH), Olivia Gagansa mengatakan captikus bila diolah lagi akan menjadi minuman yang berkelas dan berkhasiat. Seperti Aston Manado Hotel mengolah minuman cap tikus menjadi minuman Manado Collins.

"Minuman captikus kami ramu sendiri dalam hotel. Minuman ini tidak memabukan. Malah berkhasiat karena dicampur dengan madu," kata  Olivia Gagansa.

Olive menambahkan, minuman Manado Collins diramu setiap harinya sebanyak delapan  liter.  Menurutnya, ide membuat minuman ini karena AMH mengangkat minuman asli tradisional Sulawesi Utara (Sulut).

"Minuman ini kami buat saat pelaksanaan ASEAN Tourism Forum belum lama ini di Manado. Banyak wisatawan mancanegara memesannya," ujarnya.

Menurutnya, wisatawan mancanegara sangat tertarik dengan minuman Manado Collins tersebut. Bahkan para wisatawan bertanya tentang minuman asli Manado tersebut.

"Sampai saat ini minuman itu masih ada, bila dipesan harganya sangat murah hanya  Rp30 ribu per gelas," ucap Olive, disadur melalui tribunnews.com.

Captikus sudah dikenal sejak lama di Tanah Minahasa, memang tidak ada catatan pasti kapan captikus mulai hadir dalam khazanah budaya Minahasa (theminahasa.net). Kini captikus dipersimpangan kriminalitas dan peluang ekonomi, bagaimana mencermatinya agar  manfaat ekonominya menjadi lebih dominan dalam kehidupan masyarakat. (Ant)
 
Kumajas Jootje
Editor: Rolex Malaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar