Awam Green
Mei Leandha | Glori K. Wadrianto |
KOMPAS.com - Dua petani yang melakukan aksi menjahit
mulut, Norman Sidabutar (37) dan H Silitonga (32), pingsan. Mereka
dibopong rekan-rekannya menuju Rumah Sakit Islam Malahayati di Jalan
Diponegoro Medan, tak jauh dari tempat aksi. Kemudian, Risma boru
Nainggolan (37), peserta mogok makan juga ikut pingsan, ketiganya saat
ini kondisinya dalam keadaan kritis.
Irfan Fadila Mawi, Kepala Divisi SDA LBH Medan yang dihubungi membenarkan kejadian ini. Saat ditanya apakah untuk peserta aksi jahit mulut yang pingsan akan dilakukan pembukaan jahitan, mereka menyatakan belum bisa memastikan. "Saya belum bisa pastikan tapi sepertinya mereka tidak mau. Mereka masih bertahan," kata Irfan, Rabu (13/6/2012).
Irfan Fadila Mawi, Kepala Divisi SDA LBH Medan yang dihubungi membenarkan kejadian ini. Saat ditanya apakah untuk peserta aksi jahit mulut yang pingsan akan dilakukan pembukaan jahitan, mereka menyatakan belum bisa memastikan. "Saya belum bisa pastikan tapi sepertinya mereka tidak mau. Mereka masih bertahan," kata Irfan, Rabu (13/6/2012).
Menurut Irfan, aksi ini akan terus berlanjut sampai tuntutan mereka dipenuhi. Petani yang rela menjahit mulutnya sebagai bentuk kekecewaan karena tak ada respon serius dari DPRD mau pun pemerintah. "Ini bentuk kekecewaan terhadap dewan yang masih menutup matanya terhadap persoalan rakyat. Ini sudah tekad mereka, kita sudah menasihati untuk tidak melakukan aksi ini," katanya.
Jika kalau DPRD Sumut masih juga belum bisa menentukan sikap, maka aksi ini akan terus berlanjut dengan penambahan peserta jahit mulut. Kini, sudah ada penambahan jumlah massa dari daerah sebagai bentuk solidaritas dan dukungan.
Para petani ini tergabung dalam Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri asal Kabupaten Padang Lawas (Palas) yang melakukan aksi mogok makan dengan menutup mulutnya dengan lakban hitam, mendirikan tenda darurat di depan gedung DPRD Sumut. Mereka datang ke Medan sejak Rabu pekan lalu.
Aksi ini mereka lakukan untuk menentang apa yang mereka sebut sebagai penyerobotan, perusakan lahan, dan kriminalisasi petani yang dilakukan PT SRL dan PT SSL di Desa Tobing Tinggi, Kecamatan Aek Nabara Barumun, Palas. Memasuki hari kedelapan, kondisi kesehatan mereka terus melemah. "Kapolda Sumut tak gentar dengan gerakan rakyat, kita minta dukungan semua pihak untuk bersatu melawan ketidakadilan," tegas Irfan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar