#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Rabu, 13 Juni 2012

Dua Petani Jahit Mulut, Ambruk

Awam Green

Mei Leandha | Glori K. Wadrianto

KOMPAS.com - Dua petani yang melakukan aksi menjahit mulut, Norman Sidabutar (37) dan H Silitonga (32), pingsan. Mereka dibopong rekan-rekannya menuju Rumah Sakit Islam Malahayati di Jalan Diponegoro Medan, tak jauh dari tempat aksi. Kemudian, Risma boru Nainggolan (37), peserta mogok makan juga ikut pingsan, ketiganya saat ini kondisinya dalam keadaan kritis.

Irfan Fadila Mawi, Kepala Divisi SDA LBH Medan yang dihubungi membenarkan kejadian ini. Saat ditanya apakah untuk peserta aksi jahit mulut yang pingsan akan dilakukan pembukaan jahitan, mereka menyatakan belum bisa memastikan. "Saya belum bisa pastikan tapi sepertinya mereka tidak mau. Mereka masih bertahan," kata Irfan, Rabu (13/6/2012).

Kedua peserta jahit mulut yang pingsan ini adalah peserta gelombang pertama yang melakukan aksinya. Krisben Sitohang, peserta terakhir yang melakukan aksinya tadi malam, hingga kini masih bertahan. Total peserta aksi jahit mulut ada tiga orang. Untuk peserta mogok makan yang pingsan, hari ini merupakan hari ke delapan. 

Menurut Irfan, aksi ini akan terus berlanjut sampai tuntutan mereka dipenuhi. Petani yang rela menjahit mulutnya sebagai bentuk kekecewaan karena tak ada respon serius dari DPRD mau pun pemerintah. "Ini bentuk kekecewaan terhadap dewan yang masih menutup matanya terhadap persoalan rakyat. Ini sudah tekad mereka, kita sudah menasihati untuk tidak melakukan aksi ini," katanya.

Jika kalau DPRD Sumut masih juga belum bisa menentukan sikap, maka aksi ini akan terus berlanjut dengan penambahan peserta jahit mulut. Kini, sudah ada penambahan jumlah massa dari daerah sebagai bentuk solidaritas dan dukungan.

Para petani ini tergabung dalam Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri asal Kabupaten Padang Lawas (Palas) yang melakukan aksi mogok makan dengan menutup mulutnya dengan lakban hitam, mendirikan tenda darurat di depan gedung DPRD Sumut. Mereka datang ke Medan sejak Rabu pekan lalu.

Aksi ini mereka lakukan untuk menentang apa yang mereka sebut sebagai penyerobotan, perusakan lahan, dan kriminalisasi petani yang dilakukan PT SRL dan PT SSL di Desa Tobing Tinggi, Kecamatan Aek Nabara Barumun, Palas. Memasuki hari kedelapan, kondisi kesehatan mereka terus melemah.  "Kapolda Sumut tak gentar dengan gerakan rakyat, kita minta dukungan semua pihak untuk bersatu melawan ketidakadilan," tegas Irfan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar