#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Selasa, 12 Juni 2012

Ratusan Hektar Sawah Kering, Panen Gagal

Awam Green

Suparman Sultan | Glori K. Wadrianto

KOMPAS.com - Ratusan hektar sawah di Desa Pondre, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, mengalami kekeringan sejak beberapa hari lalu. Kekeringan terjadi karena instalasi air utama yang mengairi sawah rusak diterjang bencana banjir bandang bulan lalu.

Warga sekitar sangat berharap pemerintah setempat memberi perhatian untuk membenahi sumber pengairan tersebut. Salah satu petani bernama Ambe Tuo, Rabu (13/6/2012) mengungkapkan harapannya itu.

"Kalau bisa, buatkan kita dulu jalur pengairan agar sawah kita itu bisa kita garap kembali. Bagaimana kita mau garap Pak kalau mengering begitu. Dan, kalau mau digarap ulang kan butuh air yang banyak. Kita juga sudah memberitahu Pemerintah setempat agar ada membentuk perhatian tentang masalah ini," katanya.

Ambe menambahkan, jika jalur pengairan sawah tidak rusak, pertengahan bulan ini para petani sudah mulai memanen. Namun, hari bahagia itu dipastikan batal, karena jadwal panen pertengahan tahun 2012 dipastikan gagal, karena sawah yang mengering.

Warga lain di Desa Ponre juga menginginkan bantuan pemerintah terhadap pembenahan saluran pengairan. Seorang petani bernama Sukri menekankan, Pemerintah harus transparan dalam menangani masalah ini.  "Nanti kita yang akan berusaha sendiri dengan cara patungan dana. Daripada menunggu begitu lama. Yang jadi masalah pemerintah juga sudah mengatakan sendiri kalau itu menjadi tanggungan mereka," tandas Sukri.

Sementara itu, Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kolaka, Jamaleng, mengatakan, saat ini BPBD masih mempunyai kendala dana. "Kita sudah punya konsep pembangunan saluran pengairan sawah secara permanen, namun anggaran dari pusat sendiri belum cair. Padahal usulan dan proposal pascabencana ini sudah kita serahkan ke pusat," kata Jamaleng.

"Nah, sambil menunggu anggaran dari pusat kami inisiatif untuk membuat yang sementara dulu yaitu berupa pipa paralon yang berukuran besar. Kendalanya juga di pemda, karena dana taktis tanggap darurat itu pemda yang pegang bukan BPBD," sambung Jamaleng.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kolaka Ahmad Safei mengakui bahwa Pemda Kolaka memang memiliki dana taktis bencana alam. Namun ia mengaku tak mengetahui besaran dana tersebut. "Dana itu disimpan di badan pengelolahan keuangan dan aset daerah," katanya singkat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar