#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Kamis, 21 Juni 2012

Pak Soeradji: Menyelamatkan Sungai dan Hutan dengan Bungker Bio Gas

awam green

Gunung Panderman di Kota Batu akan segera habis pohonnya dan sungai di Malang akan penuh dengan kotoran sapi jika saja tidak ada yang peduli dengan limbah ini. Bagaimana tidak sekitar 1.300 sapi perah milik penduduk di lereng tersebut mengahasilkan limbah 10 ton lebih perhari. 

Maka R.Soeradji sebagai juru juru kunci gunung Panderman mulai 10 tahun lalu membuat inovasi bungker limbah yang bisa menghasilkan bio gas untuk memasak warga. Bio gas ini juga untuk menyalakan lampu jika sedang pemadaman listrik.

Pak Dji, demikian panggilan anggota baru Kapal Jatim ini memulai pembuatan bungker dengan banyak protes di masyarakat di dusunnya Toyomerto, Pasanggrahan, karena mereka khawatir akan meledak dan membahayakan penduduk desa, apalagi bungker di buat di depan rumahnya saat itu tergolong besar, yakni bisa menampung limbah sekitar 25 sapi.

Sempat Khawatir

Awalnya dia juga khawatir, namun kemudian semua berangsur hilang ketika bungker itu sudah menghasilkan bio gas dan bisa untuk memasak. Namun ada persoalan yang kedua yakni masalah bau ketika memasak. Dan itu bisa disiasati dengan menghilangkan spuyer yang ada di kompor, kemudian menyalakannya dengan korek api. Dan itu sama sekali tidak membahayakan.

Kini hampir semua penduduk desa menggunakan bungker untuk fasilitas memasak, sehingga tidak ada limbah yang terbuang sia-sia dan dapat mengotori sungai. Adapun manfaat yang kedua adalah, penduduk tidak lagi menebang pohon di hutan sebagai bahan kayu bakar, sehingga debit sumber air tersebut tetap terjaga dan kegundulan hutan tidak terjadi.

Pria tiga anak ini membuat Pemkot Batu tergugah untuk membantu penduduk dalam pembuatan bungker bio gas ini. Dia menuturkan bahwa Pemkot Batu ikut juga berperan besar untuk meyakinkan langsung kepada penduduk dengan mencoba langsung makanan hasil masakan yang disajikan.

Buah Manis Perjuangan

Dari 270 Kepala Keluarga di desanya, 80% penduduk sudah merasakan manfaat dari alat ini. Setiap bungker dari kotoran 9 ekor sapi bisa digunakan oleh 3 rumah, sedangkan kotoran dari 25 sapi bisa untuk 5-8 rumah. Dia juga memperagakan cara menyalakan lampu petromax dari bio gas ini. Lampu yang sewaktu dulu haru dipompa dalam waktu lama, namun dari bio gas itu bisa menyala dalam hitungan detik.

Pada musim penghujan dia bersama para warga lain selalu melakukan penghijauan di gunung tersebut dengan berbagai tanaman. Untuk daerah sekitar mata air dia menanam bermacam-macam bambu.

Upaya dan partisipasi masyarakat ini ternyata berhasil, tidak ada yang berani menebang pohon kecuali dengan beberapa syarat. Jika mereka melanggar sesuai kesepakatan seluruh warga, dia harus menanam 100 pohon.

Semoga semua yang dilakukan mendapat balasan di Tuhan Yang Maha Kuasa…Allah azza wajalla…

Penulis : Arif khunaifi
Salam Cinta Indonesia…Salam Lestari….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar