awam green
Radar Sulteng Online - Transmigrasi
di Desa Lembantongoa Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, ternyata menimbulkan
masalah. Program yang diluncurkan tahun 2011 itu tidak membuat betah para
penghuninya. Diketahui, ada sekitar 100 unit rumah yang dibangun di lokasi
transmigrasi Lembantongoa, namun beberapa penghuninya disebutkan tekah
meninggalkan rumah huniannya. Penyebabnya, apa yang dijanjikan pemerintah
terhadap mereka mengenai keberadaan lokasi tersebut tidak sesuai harapan.
Hal itu
terungkap pada hearing Komisi I dengan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Disnakertrans) Sigi siang kemarin (20/6). Komisi I mempertanyakan
penyebabnya secara teknis kepada dinas tentang penyebab yang membuat
transmigran memilih meninggalkan lokasi transmigrasi. Di hearing itu, Komisi I
berkeinginan ada solusi konkret sehingga masalah tersebut cepat tertangani dan
tidak berlarut-larut.
“Kami hearing
tadi siang. Namun hanya kepala dinas dan beberapa staf dinas yang hadir.
Sementara Kabid Transmigrasi Disnakertrans, Abrar, berhalangan hadir karena
sedang tugas luar daerah,”kata anggota Komisi I DPRD Sigi, Umar B Larosi SAg,
kemarin.
Abrar
disebutkan mengetahui secara jelas teknis masalahnya. Kalau kepala dinas,
Usuluddin Musapalu, hanya masalah secara umum saja. Olehnya Usuluddin pada
kesempatan itu meminta agar hearing dilanjutkan lagi Senin pekan depan
(25/6) menunggu kedatangan Abrar. “Abrar memang paling tahu. Kita akan hearing
lagi pekan depan,”kata Umar.
Setelah
dinas memberikan penjelasan, ada beberapa penyebab sehingga transmigrasi
Lembantongoa kurang diminati. Pertama; lokasi yang akan dijadikan kebun berada
di punggung gunung yang medannya cukup sulit dijangkau. Kedua; air bersih di
lokasi transmigrasi tidak tersedia dan yang ketiga; kondisi jalan menuju lokasi
transmigran sekitar empat kilometer belum diperbaiki sebagaimana mestinya.
Akibatnya, kondisi jalan yang parah membuat transmigran kesulitan. “Akses jalan
dan tak tersedianya air bersih cukup membuat transmigran kewalahan,”aku
politisi Partai Golkar ini.
Bahkan, ada transmigran
sudah menjual atau memindahkuasakan lokasi dan rumah yang menjadi jatahnya. Ini
akibat, jaminan masa depan mereka hidup di lokasi itu sangat kecil. Makanya
itu, Komisi I bergerak cepat menindaklanjuti masalah ini. “Beberapa waktu lalu
memang sudah ada laporan yang masuk ke kami soal ini. Oleh karena itulah kami
langsung undang dinas sehubungan dengan masalah ini,”tambah Umar.
Ia mengakui,
sebagaimana rencana awal, dari 100 unit rumah yang dibangun di lokasi itu,
disisipkan juga transmigran lokal di dalamnya. Transmigran lokal sangat
diprioritaskan. Mereka nantinya akan berbaur dengan warga dari Jawa yang
didatangkan mendiami lokasi tersebut.
“Dan
informasi terakhir, baik transmigran dari Jawa maupun lokal, sudah ada yang
meninggalkan tempat. Data konkretnya belum ada, hanya disebutkan puluhan orang.
Dan Senin depan, kita harap dinas sudah punya data lengkapnya. Kami juga
berencana akan turun ke lapangan lagi terkait masalah ini, meski sebelummya
sudah beberapa anggota Komisi I ke lokasi itu,” demikian Umar.(fri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar