#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Senin, 09 Juli 2012

Indonesia impor singkong dari China dan Vietnam

awam green,
Sungguh ironis bila Indonesia yang di beberapa daerah masih kaya akan singkong, dan bahkan menjadikan singkong sebagai makanan pokok, malah mengimpor singkong dari luar negeri.

Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi mengatakan selama bulan Apri-Mei 2012, Pemerintah Indonesia telah mengimpor singkong dari Vietnam sebanyak 1.342 ton dengan harga USD 340.000. Selain dari Vietnam, Indonesia juga mengimpor singkong dari China.

“Kalau dari China sebanyak 5.057 ton dengan seharga USD 1,3 juta," kata Viva kepada wartawan di DPR, Jakarta, Selasa, (10/7).

Menurutnya, dengan masuknya impor singkong dari Vietnam dan China tersebut, menandakan bahwa pemerintah tidak mampu melindungi petani dalam negeri dan meningkatkan kesejahteraannya. Viva juga menjelaskan alokasi APBN untuk petani masih sangat kecil, setiap tahun rata-rata hanya 1,3 persen dari total APBN. Di tahun 2012 hanya Rp 17,8 triliun saja.
"Pemerintah tidak memiliki political will terhadap pembangunan pertanian," tegas Viva.

"Bandingkan dengan sektor pendidikan sebesar 20 persen dari APBN karena sesuai dengan amanah UUD 1945. Dengan dana sekecil itu bagaimana pemerintah akan merealisasikan program Swasembada Pangan 2014, yang meliputi beras, jagung, kedelai, daging, gula, dan garam?" tambahnya.

Politisi PAN ini berharap dalam setiap pembahasan anggaran, ada tambahan alokasi anggaran melalui sektor pertanian dalam APBN. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan Petani Indonesia.

Selain itu, Viva menilai belum ada langkah yang maksimal dalam memperbaiki infrastruktur pertanian dan jaringan irigasi. Pemerintah tidak menyediakan benih unggul dalam meningkatkan produksi. Akibatnya, petani masih kesulitan dan hasil produksinya menurun. "Bila rusak, maka produktivitas pertanian akan menurun," jelas Viva.

“Kurang adanya koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi antar kementrian dalam fokus pembangunan sektor pertanian. Saat ini masih overlapping, tidak efisien, dan salah sasaran," pungkasnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia tahun lalu telah memproduksi singkong sebesar 24 juta ton, naik tipis bila dibandingkan produksi 2010 yaitu 23,9 juta ton. [rin]

Reporter : Muhammad Sholeh
www.merdeka.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar