#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Jumat, 27 Juli 2012

Mentan : BM kedelai nol persen "pukul" petani

Menteri Pertanian Suswono mengatakan penurunan bea masuk (BM) impor kedelai hingga nol persen "memukul" petani lokal, namun perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nasional.

"Keputusan menurunkan tarif BM hingga nol persen sudah dilakukan Kamis kemarin (26/7) saat rapat di Kantor Menko Perekonomian," kata Suswono di Kementerian Keuangan di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan Indonesia sebenarnya memiliki banyak lahan potensial untuk ditanami kedelai, seperti di Aceh, Nusa Tenggara Barat serta lahan-lahan milik Perhutani, dan kebanyakan lahan tersebut merupakan lahan telantar.
"Posisi lahan ini bukan kewenangan Kementerian Pertanian. Kami sudah bicara dengan Badan Pertanahan Nasional untuk menyisir lahan-lahan tersebut yang dapat dijadikan lahan tanaman kedelai," katanya.

Menurut dia, banyak alasan yang menyebabkan petani lokal tidak lagi menanam kedelai, diantaranya karena harga jualnya lebih murah dibandingkan tanaman komoditas lain seperti jagung dan padi.

"Harga kedelai yang Rp5.000 itu tidak menarik bagi petani, dan idealnya harga Rp7.000. Nanti kami sisir lahan yang potensial ditanami kedelai, agar petani bergairah lagi menanamnya," ujar dia.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan berencana menemui tiga pihak yang terkait dalam penggunaan dan produksi tanaman kedelai di Indonesia.

"Dalam waktu dekat saya akan bertemu dengan para pedagang kedelai atau tempe, kemudian akan bertemu petani kedelai dalam negeri dan tentunya juga para ahli peneliti pertanian," kata Gita seusai rapat terbatas di Kementerian Perindustrian di Jakarta, Jumat.

Menurut Gita, pihaknya akan menemui pedagang kedelai dan perajin produk kedelai untuk membahas persediaan bahan baku di dalam negeri, baik yang berasal dari impor maupun dari dalam negeri.

Ia mengaku jika persediaan kedelai tidak mencukupi maka Kemendag akan memberikan kesempatan kepada sejumlah asosiasi, koperasi dan pihak terkait produk turunan kedelai untuk melakukan importasi bahan baku secara mandiri.

Kemudian pertemuan dengan petani kedelai, menurut Mendag, berguna untuk mendorong produksi kedelai lokal disaat harga melambung tinggi.

"Pertemuan dengan petani adalah untuk berupaya bagaimana di saat harga lagi tinggi dan merupakan momen yang bagus bagi mereka dalam meningkatkan produksi dan produktivitas kedelai," tambah Gita.

Selain itu, pertemuan dengan peneliti bidang tanaman dan pertanian, menurut dia berguna untuk mencari teknologi yang bisa diaplikasikan demi kepentingan petani meningkatkan produksi kedelai.

Sementara itu, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan penyebab naiknya harga kedelai berasal dari kondisi di negara asal yaitu Amerika Serikat yang mengalami anomali cuaca.

Presiden mengatakan sejumlah negara pengimpor kedelai selain Indonesia juga mengalami penurunan pasokan dari luar negeri.

"Utamanya di AS yang mengalami kekeringan panjang dan menjadi kekeringan terburuk dalam 50 tahun, sehingga akhirnya memukul produksi dan beberapa negara yang mengimpor kedelai juga ikut terpukul," kata Presiden.

Guna membantu konsumen kedelai untuk mendapat harga yang sedikit lebih murah, Presiden mengatakan pemerintah telah menurunkan BM impor kedelai dari sebelumnya 5,0 persen menjadi nol persen.

(SDP-47/A039)

Editor: Ruslan Burhani
www.antaranews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar