Doc, Photo AG 2012 |
Salam Pembebasan…!
Pada hari ini di bulan suci yang penuh berkah kami Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako turun kejalan sebagai respons atas tragedy penembakan rakyat Balaesang Tanjung oleh aparat Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. Untuk kesekian kalinya dari ratusan kasus yang memperhadapkan rakyat dengan pemilik modal, kembali aparat kepolisian Republik Indonesia menembaki rakyat yang berusaha mempertahankan hak atas sumber penghidupan mereka.
Di hampir semua daerah eksploitasi tambang yang bersengketa, selalu saja intervensi Polisi berujung pada pembunuhan terhadap rakyat Indonesia yang “notebene” MISKIN lagi tertindas.
Dalam kasus- kasus itu selalu pula para pemilik modal (perusahaan) dan para pihak berkepentingan (elite pemerintahan/politik local – nasional) terlindungi dan diuntungkan.
Sejarah telah mencatat ironi yang memilukan itu…!!! Sejak zaman Hindia Belanda sampai NKRI berdiri hingga sekarang selalu terulang dan berulang, bahkan di era serba maju – serba demokratis – serba terbuka ini, penindasan terhadap rakyat semakin massif dan dianggap “sesuatu yang wajar dan biasa-biasa saja”.
Penembakan di Balaesang Tanjung telah dinyatakan SUDAH SESUAI PROSEDUR oleh institusi Kepolisian Daerah. Ini sama halnya pelanggaran HAM berat yang telah sesuai dengan prosedur dengan beralaskan Undang-undang…! Sungguh aneh bila menembak rakyat adalah sesuatu yang procedural, seolah-olah menghadapi pelaku criminal kelas kakap.
Atas nama KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB, kami Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako menyatakan sikap :
1. Mengutuk Keras perbuatan biadab Aparat Kepolisian terhadap rakyat Balaesang, dan meminta dengan segala hormat kepada Kapolda dan Kapolri untuk menindas Tegas pelaku penembakan.
2. Mengutuk Keras para pihak yang menjadikan rakyat sebagai tumbal atas inisiatif busuk yang dilumuri keserakahan dan Kuasa.
3. Mengutuk Keras pihak kuasa modal (investor) yang selalu menjadikan aparatur Negara bagaikan anjing penjaga yang mudah bertindak brutal.
4. Meminta kepada semua pihak yang bertanggungjawab atas tragedy kemanusiaan di Balaesang Tanjung untuk menyelesaikan kasus yang melatari malapetaka dimaksud dengan berlandaskan prinsip-prinsip HAM, keadilan dan tidak pandang bulu terhadap “biangkeladi” kasus ini.
5. Menghimbau kepada seluruh rakyat di Sulawesi Tengah yang sumber-sumber penghidupannya sedang dan akan dieksploitasi maupun dirampas oleh kuasa modal dari mana pun asalnya…! Bergeraklah dalam satu perjuangan, satu tujuan, satu sikap, merebut kedaulatan rakyat dan keadilan dengan tangan kita sendiri. Buang jauh-jauh perbedaan isu dan teritori, kita tak bias berharap kepada aparatus Negara, karena mereka tidak berpihak kepada nasib dan masa depan rakyat.
6. Kepada mahasiswa dimanapun anda berada mari kita menyatakan TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI itu senyata-nyatanya, bukan sekedar dibenak, bukan didepan atau dibelakang meja, bukan sekedar diruang belajar, bukan dimenara gading kampus yang juga tak adil pada kita itu… di hadapan kita, dalam keseharian kita, hampir setiap hari dipertontonkan penindasan Negara dan represif apparatusnya terhadap rakyat. DHARMA pengabdian itu bukan sekedar slogan untuk gagah-gagahan, tetapi mesti kita buktikan, agar kita berhak menyandang status Intelektual Muda yang progresif. Kita harus selalu berada didepan, ketika rakyat membutuhkan pembela-pembela hak yang bebas kepentingan…!!!
Merdekalah Rakyat….Rebutlah Kedaulatan….Jayalah…!
Tulislah sejarah dengan Tangan kita sendiri, jangan jadi penonton…!
GMF, Ramadhan 2012…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar