KOMPAS.com - Tradisi makan jagung muda di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, yang disebut sawar segera digelar. Tradisi itu berlangsung di setiap suku dengan jadwal yang disesuaikan dengan kondisi kematangan jagung di ladang.
Anggota DPRD Lembata, Philip Bediona, di Lewoleba, Rabu (30/1/2013), mengatakan, tradisi sawar tidak digelar serentak dengan jumlah massa yang banyak. "Tradisi ini warisan dari nenek moyang sejak dulu dan diteruskan sampai hari ini. Sifatnya terbatas karena melibatkan satu atau dua suku yang memiliki tradisi dan kebiasaan yang mirip," kata Bediona.
Kondisi tanaman jagung petani sebagian masih dalam proses berbunga. Sebagian sudah mulai berbuah. Dua pekan lagi, jagung muda sudah bisa dikonsumsi.
Jika sawar sudah digelar, semua orang dalam suku itu bebas mengonsumsi jagung muda. Sebelum sawar digelar, tak seorang pun dibenarkan mengonsumsi. Jika ada anggota suku melanggar sawar dengan mengonsumsi jagung muda, ia diyakini mendapat kutukan berupa sakit, gagal panen, dan lainnya.
"Ritual adat ini sangat menarik. Bisa diikuti turis asing karena banyak tata acara adatnya," kata Bediona.
Editor : Marcus Suprihadi
Anggota DPRD Lembata, Philip Bediona, di Lewoleba, Rabu (30/1/2013), mengatakan, tradisi sawar tidak digelar serentak dengan jumlah massa yang banyak. "Tradisi ini warisan dari nenek moyang sejak dulu dan diteruskan sampai hari ini. Sifatnya terbatas karena melibatkan satu atau dua suku yang memiliki tradisi dan kebiasaan yang mirip," kata Bediona.
Kondisi tanaman jagung petani sebagian masih dalam proses berbunga. Sebagian sudah mulai berbuah. Dua pekan lagi, jagung muda sudah bisa dikonsumsi.
Jika sawar sudah digelar, semua orang dalam suku itu bebas mengonsumsi jagung muda. Sebelum sawar digelar, tak seorang pun dibenarkan mengonsumsi. Jika ada anggota suku melanggar sawar dengan mengonsumsi jagung muda, ia diyakini mendapat kutukan berupa sakit, gagal panen, dan lainnya.
"Ritual adat ini sangat menarik. Bisa diikuti turis asing karena banyak tata acara adatnya," kata Bediona.
Editor : Marcus Suprihadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar