#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Senin, 25 Februari 2013

PETUGAS PEMADAM PALU Menjinakkan Api, Terpaksa Pakai Kaos Basah

HARIANMERCUSUAR.com - ‘Pantang Pulang Sebelum Padam’ adalah slogan yang ditelan bulat-bulat petugas pemadam kebakaran Palu ketika menjinakkan api. Mereka harus bertaruh nyawa di tengah minimnya fasilitas keselamatan yang disediakan Pemerintah Kota Palu.

Laporan: Andi Besse Fatima


Meskipun sudah semaksimal mungkin meminimalisir dampak kebakaran, tetap saja pemadam sering disalahkan. Apalagi jika terlambat tiba di lokasi kebakaran. Ditemui di kantor pemadam kebakaran (Damkar) Kota Palu, komandan pleton Damkar Palu, Iwan, mengaku timnya sering terlambat tiba di lokasi kebakaran karena terkendala kemacetan arus lalu lintas. Masalah lain adalah akses menuju lokasi kebakaran serta kebiasaan masyarakat berkerumun di sekitar lokasi sehingga menghalangi kerja petugas pemadam.

"Kami akui, dalam menangani kebakaran, kadang dianggap datang terlambat. Dalam kondisi panik, lima menit saja dianggap lambat apalagi ditambah rintangan pengendara yang menghambat di jalan yang tidak mau mengalah begitu mendenger sirene mobil pemadam. Ke depan (masyarakat juga) harus lebih berhati-hati memberikan informasi yang benar, karena tidak jarang kami memperoleh informasi palsu yang mengatakan adanya kebakaran namun yang ada hanya pembakaran sampah," ujarnya, Sabtu (23/2).

Sesuai standar operasional prosedur (SOP) pemadaman, lama waktu hingga tiba di lokasi kebakaran adalah 10-15 menit setelah menerima laporan. Setelah mendapat informasi, anggota tim langsung bergerak. Sambil petugas radio menginformasikan kejadian lewat handy talky (HT) kepada lurah dan camat setempat untuk koordinasi dengan instansi terkait.


"Jika peristiwa kebakaran terjadi malam hari atau tengah malam, biasanya waktu tempuh tidak sampai lima menit, karena jalan lengang. Namun bila terjadi di siang hari, pengendara di jalan ikut menghambat," jelas Iwan.


Iwan dan rekan-rekannya juga blak-blakan bercerita tentang suka duka menjalankan tugas yang sarat bahaya itu. Personil Damkar saat ini terdiri atas tiga regu. Masing-masing regu beranggotakan 21 orang yang bertugas bergantian selama 24 jam.


Namun alat kelengkapan saat bertugas di lapangan sangat minim atau dapat dibilang memprihatinkan. Damkar Kota Palu hanya memiliki tiga pasang baju anti api, satu baju tahan panas serta satu helm tahan panas. Itupun hanya hadiah dari Damkar DKI Jakarta saat menjemput mobil pemadam.


Karena jumlahnya terbatas, setiap kali turun, tidak semua petugas mengenakan baju anti api dan baju tahan panas. Kondisi ini diakali dimana petugas lain terpaksa mengenakan kaos hitam yang sebelumnya telah diguyur air. Ini agar petugas tidak langsung merasakan panas saat bertarung melawan api. “Teknik lainnya adalah dengan memutar selang sehingga membentuk bunga air. “Ini agar air dapat mengenai kami,” cerita iwan.


Bukan hanya di lapangan, kondisi memprihatinkan juga terlihat pada ruang istirahat petugas yang sedang piket di kantor. Ketika melepas lelah seadanya, Damkar hanya bisa menyediakan tikar yang terbuat dari kardu bekas.


Kondisi peralatan pun tergolong sangat minim. Jumlah armada mobil memang sembilan unit, dua di antaranya berada di Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Tavaeli. Namun yang benar-benar siap hanya tiga armada, ditambah satu mobil tangki. Sedangkan empat lainnya rusak berat dan tak bisa dioperasikan. “Perumahan yang padat di Palu sudah semakin banyak serta akses jalan yang sempit dan berlorong menambah kesulitan dalam menempuh lokasi kebakaran, sementara peralatan untuk menanggulangi kebakaran besar tidak ada. Kami pikir bahwa pengadaan armada tangga sudah sepatutnya dilakukan, termasuk penambahan peralatan safety untuk petugas," katanya.


Dia menjelaskan, dalam menangani kebakaran, jika kondisi kebakaran baru sekitar 45 persen, pemadaman akan difokuskan pada titik api. Sedangkan untuk kebakaran yang sudah di atas 70 persen, pihaknya akan melokalisir tempat kejadian agar tidak menjalar ke lokasi sekitar. Namun, dari pengalaman selama ini, kadang warga kurang paham, sehingga ketika kondisi kebakaran sudah di atas 70 persen mereka tetap memaksa petugas memadamkan titik api.


Iwan menambahkan dalam perjalanan menuju lokasi kebakaran, resiko tabrakan dan mobil mengalami kecelakaan sangat terbuka. Begitu pun ketika berada di lokasi, tersengat aliran listrik sudah menjadi resiko. Demikian pula kemungkinan tertimpa material bangunan. “Sudah beberapa orang dari petugas kita yang mengalami luka parah terkena runtuhan balok api. Bahkan sampai hari ini masih ada dua orang yang menjalani perawatan pasca keluar dari rumah sakit,” katanya.


Ia bersyukur Kepala Kantor Damkar Palu akhirnya berinisiatif mengajukan asuransi untuk petugas pemadam. Itupun baru terdaftar pada bulan ini.

Saat ini, jumlah personil Damkar 150 orang. Yang masih honorer 108 orang dan 42 orang sudah Pegawai Negeri Sipil. 98 orang di antaranya adalah petugas lapangan yang terbagi dalam dua shift, yakni shift siang dan shift malam.

Kepala Seksi Pencegahan, Ahmad Sagau, menambahkan, masih banyak bangunan di ibukota Sulteng ini belum memiliki kelengkapan syarat standar pengaman kebakaran yakni alat pemadam api ringan, alarm manual atau otomatis, detektor panas atau asap, pintu darurat dengan tanda arah evakuasi, dan hydrant gedung. “Ada pula bangunan yang telah memiliki namun belum standar, serta ada juga yang masih menggunakan tabung pemadam yang telah kedaluarsa,” urai Ahmad. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar