#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Sabtu, 20 April 2013

SDN PANDERE Empat Bulan Belajar Ditenda

HARIANMERCUSUAR.com - Kurang lebih empat bulan lamanya, tepatnya sejak bulan Desember 2012, siswa SDN Pandere di Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi belajar di tenda dan dibawah pohon.

Guru Kelas IV SDN Pandere, Indriati, Kamis (18/4), mengatakan, siswa yang belajar dibawah tenda adalah mereka yang duduk dibangku kelas IV. Kalau sedang berlangsung aktiftas belajar mengajar, siswa kelas IV sering terganggu dari siswa lainnya yang bermain di sekitar lokasi tenda.


“Siswa kelas IV sebanyak 36 orang, masuk sekolah pukul 7.15 hingga 12.30 Wita, jika musim hujan siswa diliburkan karena pakaian dan buku-buku siswa jadi basah, kadangkala bila hujan berhari-hari maka tempat belajar digenangi air,” sesalnya.

Pantauan Koran ini, kondisi lokasi belajar untuk siswa lainnya , tak separah dengan siswa kelas IV. Walau demikian, kondisinya juga sangat memprihatinkan.
Misalnya, ruang belajar untuk siswa kelas 1 dan kelas II, menempati ruang perpustakaan secara bergantian dan tergolong semrawut. Sedangkan untuk siswa kelas III, aktifitas belajar mengajar dilakukan dengan melantai di salah satu eks rumah dinas yang sudah tak layak dihuni.

Menyikapi kondisi tersebut, Indriati berharap bangunan SDN Pandere bisa segera digunakan untuk aktifitas belajar siswa. Kalau kondisi tersebut terus berlangsung, bagaimana nasib siswa kelas VI yang tidak lama lagi akan melaksanakan ujian nasional (UN). “Mudah-mudahan kejadian ini, tidak terjadi di sekolah lain di Kabupaten Sigi,” harapnya.


Senada dikatakan Derlina, Wali kelas III di sekolah yang sama. Pemerintah bersikap diskriminatif terhadap sekolah di wilayah pelosok. “Jangan hanya sekolah di kota yang mendapat perhatian, akan tetapi sekolah di pelosok pun mendapat perhatian yang sama,” imbuhnya. AJI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar