#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Senin, 25 Juni 2012

Potret Kelaparan di "Bumi Penghasil Beras"

awam green
Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, yang biasa disebut sebagai Bumi "Barra na barra", atau daerah penghasil beras, ternyata masih ada yang tidak bisa menikmati kekayaan hasil pertanian Bumi Lasinrang ini. Hamparan sawah di berbagai sudut di kabupaten dengan luasnya mencapai ribuan hektar masih menyisakan 19.481 orang yang tidak bisa menikmati hasil padi. Bahkan, mereka tidak termasuk dalam penikmat beras miskin (raskin).

Adalah Bunga (80), salah seorang di antara mereka yang tidak mendapatkan raskin. Warga Kelurahan Penrang, Kecamatan Watang Sawitto, ini tinggal di gubuk yang hanya berukuran 3 x 4 meter, beralaskan tikar plastik dengan atap rumah yang bocor jika turun hujan.

Captikus: Antara Kriminal dan Bisnis

awam green
Manado - Captikus. Dikenal cukup luas di masyarakat. Minuman beralkohol khas masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara. Minuman ini sering dikorelasikan  dengan tindak kriminalitas, tetapi di sisi lain ternyata memiliki peluang ekonomi bagi masyarakat.

Menurut theminahasa.net; captikus adalah ramuan dengan kandungan rata-rata alkohol 40 persen  yang diperoleh melalui pengolahan saguer (tuak lokal) ; cairan bening yang diekstrak dari pohon enau (arenga pinnata), dalam bahasa Minahasa disebut pohon seho lalu disuling.