#menu { background: #333; float: left; list-style: none; margin: 0; padding: 0; width: 100%; } #menu li { float: left; font: 67.5% "Lucida Sans Unicode", "Bitstream Vera Sans", "Trebuchet Unicode MS", "Lucida Grande", Verdana, Helvetica, sans-serif; margin: 0; padding: 0; } #menu a { background: #333 url("http://i47.tinypic.com/n1bj0j.jpg") bottom right no-repeat; color: #ccc; display: block; float: left; margin: 0; padding: 8px 12px; text-decoration: none; } #menu a:hover { background: #2580a2 url("http://i49.tinypic.com/2vjbz4g.jpg") bottom center no-repeat; color: #fff; padding-bottom: 8px;

Selasa, 17 Juli 2012

Balaesang Rusuh, Lima Warga Ditembak Aparat

Balaesang Tanjung - Donggala - Sulawesi Tengah,
Lima orang warga di Kecamatan Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, terluka karena tertembak aparat kepolisian setempat saat mereka menolak rencana eksplorasi tambang, Rabu.

"Sekarang kami masih berhadapan dengan polisi. Polisi memaksa kami mundur dengan menembak kami. Tolong kami dibantu Pak," kata Saeni, warga Balaesang Tanjung saat dihubungi.

Saeni mengatakan, kerusuhan tersebut terjadi di Desa Kamonji, sekitar 100 kilometer arah utara Kota Palu. Dia mengatakan, ratusan masyarakat yang konsentrasi di Desa Kamonji menolak rencana eksploitasi tambang bijih emas di daerah itu dipukul mundur aparat kepolisian dari Polres Donggala.

Senin, 16 Juli 2012

Demo Petani Hambalang Ricuh

Awam Green, Palu, Sulawesi Tengah,

Ratusan petani Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Senin (16/7), menuntut Badan Pertahanan Nasional (BPN) mengembalikan hak atas tanah. Demonstran nyaris baku hantam dengan anggota Satuan Polisi Pamong Praja lantaran memaksa masuk kompleks kantor bupati setempat untuk menuju Gedung BPN.

Kekesalan petani semakin menjadi karena tak dapat bertemu bupati. Alhasil, massa dan petugas perang lempar botol mineral. Banyaknya massa membuat pagar Kantor BPN Bogor jebol.

Massa tetap menuntut lahan seluas 236 hektare dikembalikan kepada para petani. Pihak BPN akan mengecek status tanah para petani. Menurut demonstran, di lahan sengketa tersebut kini terdapat kurang lebih 500 warga yang menggantungkan hidup. Bahkan, mereka mengklaim lahan yang menjadi sengketa itu telah digarap turun-temurun sejak 1960.(ASW/ANS)